Sabtu, 03 Juli 2010

Pendidikan Berbasis Karakter: Keshalehan, Kepemimpinan, Kearifan

Pendidikan adalah proses menemukan jati diri. Dalam proses mendidik, aspek yang paling penting bukanlah memasukkan berbagai materi ke dalam otak, melainkan menghidupkan nyala api pengetahuan di dalam diri. Sekali api berhasil dinyalakan, dia bisa digunakan untuk apapun.
Pengetahuan adalah sesuatu yang laten dalam diri. Ia termanifestasi dalam kata-kata dan sikap. Kata-kata yang keluar dari mulut seseorang, dan sikap yang ditunjukkan dalam kaitannya dengan relasi dan respon peristiwa, menunjukkan tingkat pengetahuan (intensitas nyala api) seseorang.
Paradigma pendidikan haruslah berangkat dari bagaimana cara menghidupkan nyala api, sekali lagi bukan dalam rangka memasukkan segala hal ke dalam otak. Oleh karena itu, basis karakter diperlukan dalam hal ini.
Karakter adalah spontanitas sikap dan kata-kata yang murni berasal dari dalam diri. Pendidikan berbasis karakter mengedepankan otensitas dan keunikan setiap individu dalam memaknai hidup. Dalam ranah praktisnya, karakter yang akan menjadi tumpuan adalah tiga: keshalehan, kepemimpinan, dan kearifan.
Shaleh adalah mereka yang memiliki hubungan baik dengan Allah, dan juga hubugan baik dengan sesamanya.
Pemimpin adalah mereka yang senantiasa melayani orang lain, berbuat sesuatu untuk orang banyak, memberikan karya bermanfaat bagi masyarakat, mengarahkan masyarakat kepada kebaikan dan kebenaran. Mereka tidak berfikir tentang keuntungan bagi diri mereka sendiri, mereka tidak ambil pusing tentang pengorbanan sebesar apapun yang mereka berikan, tangan-tangan mereka selalu siap memberi, selalu bergerak untuk kehidupan yang penuh rahmat.
Kearifan adalah kecerdasan tertinggi, cerdasnya cerdas, jeniusnya jenius. Mereka yang mampu melihat sesuatu yang tidak dilihat orang lain. Yang bisa menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru, menyelesaikan masalah dengan tepat. Mereka yang melihat dengan cahaya Allah. Tangan-tangan mereka selalu dituntun, keadaan mereka selalu diliputi berkah dan membawa berkah.
Dalam kerangka tiga hal inilah (keshalehan, kepemimpinan, dan kearifan) pendidikan seharusnya diarahkan. Bagaimana matematika, fisika, kimia, dan biologi diajarkan sebagai pelengkap untuk membentuk karakter keshalehan, kepemimpinan, dan kearifan tentunya membutuhkan perubahan pola pikir tentang apa itu yang disebut ilmu.
Ilmu adalah bagaimana bersikap benar terhadap segala sesuatu. Sebagai seorang muslim kita tentunya sadar, bahwa kebenaran sejati tidaklah semata material, bahkan spiritual.
Pendidikan yang berlawanan dengan hal-hal tersebut berarti pendidikan gagal.

(Mannar Media Edisi Perdana No.1/ 12 Juli 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar