Selasa, 20 Juli 2010

Seri Al Hikam Ibn Athaillah (Maqolah 1-5)


1.
Setengah dari tanda bahwa seseorang itu bersandar diri pada kekuatan amal usahanya, yaitu berkurangnya pengharapan terhadap rahmat karunia Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan/ dosa.

2.
Keinginan untuk tajrid padahal Allah masih menempatkan engkau pada golongan orang-orang yang harus berusaha untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari, maka keinginanmu itu termasuk syahwat hawa nafsu yang halus. Sebaliknya, keinginanmu untuk berusaha kasab, padahal Allah telah menempatkan dirimu pada golongan tajrid,maka keinginan yang demikian berarti menurun dari semangat dan tingkat yang tinggi.

>Tajrid: melulu beribadat, tanpa berusaha kasab.
Tanda golongan tajrid: Allah mudahkan rizki dari jalan yg tiada disangka-sangka, jiwa tetap tenang ketika terjadi kekurangan, tidak lalai dari melaksanakan fardhu meski disaat faqir.

3.
Kerasnya semangat atau perjuangan itu, tidak dapat menembus tirai takdir; karomah atau kejadian luar biasa dari seorang wali, tidak dapat menembus keluar dari takdir, maka segala apa yang terjadi semata-mata dengan takdir Allah.

4.
Istirahatkan dirimu (fikiranmu) dari kerisauan mengatur kebutuhan duniamu, sebab apa yang sudah dijamin (diselesaikan) oleh lainmu, tidak usah kau sibuk memikirkannya.

>Sebagai hamba, harus selalu mengingat kewajiban, sedangkan jaminan upah ada ditangan majikan (Allah).

5.
Ketekunanmu untuk mencapai apa-apa yang telah dijamin pasti akan sampai kepadamu, disamping keteledoranmu terhadap kewajiban-kewajiban yang telah diamanatkan kepadamu, membuktikan butanya mata hatimu.

>Kata Allah, “Hambaku, taatilah semua perintah-Ku, dan jangan memberitahu kepada-Ku apa yang baik bagimu, dan jangan mengajari kepada-Ku apa yang menjadi hajat kebutuhanmu.”