Selasa, 21 Juni 2011

KONSEP MOS


KONSEP KEGIATAN
MASA ORIENTASI SISWA
UNTUK SISWA SMA/ MA

Tajuk:

“MENJADI PEMBELAJAR SEJATI, YANG BERKARAKTER: KESHALEHAN; KEPEMIMPINAN; KEARIFAN, DAN BERJIWA WIRAUSAHA”


1. LATAR BELAKANG

Masa orientasi siswa merupakan titik awal pemberangkatan seseorang berproses dalam suatu lembaga pendidikan. Menjadi penting karena hal ini merupakan pondasi vital kesuksesan seorang pelajar mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Segala yang berkaitan dengan pembelajaran yang akan ditempuh oleh seorang pelajar selama tiga tahun ditentukan—paling tidak secara pola pikir—oleh keberhasilan dalam proses inisiasi yang lazim disebut Masa Orientasi Siswa.

Kebanyakan kegiatan MOS yang diadakan oleh sekolah hanya dilakukan sebagai sebuah rutinitas yang wajib ditempuh seorang pelajar, dengan sekian agenda—yang kurang lebih tidak substansial—bahkan cenderung konyol, dan tidak adanya tindak lanjut serta evaluasi yang memadai. Hal ini menjadikan MOS sebagai kegiatan yang sia-sia, bahkan sering disalahgunakan sebagai ajang senioritas para panitia. Kasus-kasus yang berulangkali terjadi di banyak sekolah, tentang siswa yang terintimidasi, kehilangan kepercayaan diri, diperlakukan tidak manusiawi, dan dipaksa untuk melakukan tindakan-tindakan bodoh dan ‘menghina’ oleh para senior merupakan bukti nyata bahwa kegiatan ini telah menyimpang, atau paling tidak, kurang memiliki efektivitas dan relevansi kaitannya dengan sebuah kegiatan pembentukan orientasi. Orientasi apa yang diharapkan dengan menyuruh siswa berbusana aneh-aneh, melakukan tindakan-tindakan bodoh khas jaman penjajahan, dan agenda-agenda yang tidak memiliki substansi, kecuali sebuah pengulangan atas perlakuan kompeni kepada para pribumi.

Kegiatan MOS seharusnya menjadi kegiatan yang penuh manfaat, penuh pananaman akhlaq dan budi pekerti, penuh informasi, memiliki cita rasa akademis dan pembentukan tradisi intelektual. Kegiatan MOS seharusnya bias diformat dengan agenda-agenda yang penuh nuansa egaliter, pendampingan “kakak-adik”, dan memberikan pemahaman serta inspirasi bagi siswa yang memasuki sebuah tahapan yang baru, dan akan melangkah menuju cita-cita mereka yang gemilang. Kegiatan ini juga selaiknya memberikan sebuah amunisi berupa kepercayaan diri, terbentuknya konsep diri, komitmen dan disiplin belajar, dan sebuah pengetahuan bagaimana menghabiskan masa muda mereka dengan cara-cara yang elegan dan produktif, bukan seperti generasi muda sekarang yang tidak memiliki idealisme, tidak berkarakter, plagiat dalam berbagai aspek, pola pikir dangkal, tidak menghargai etika, apalagi penghargaan terhadap religiositas dan spiritualitas. Remaja sekarang bahkan merupakan tipe generasi hedonis, yang memperoleh nilai dengan menyontek, dan malamnya menghabiskan waktu untuk nge-game atau dugem. Remaja masa kini bergelut erat dengan narkoba dan freesex (dititik ekstrim kiri), dan sebagian terpesona dalam jebakan aliran-aliran keagamaan yang berpikiran sempit dan cenderung anarkis (dititik ekstrim kanan). Semuanya itu sungguh mengkhawatirkan.

Inilah sungguh, kiranya tidak mudah, bahkan tidak mungkin membentuk gambaran remaja ideal, yang cerdas, berkarakter, mandiri, dan juga shaleh secara individu dan sosial, dalam waktu tiga hingga enam hari kegiatan MOS. Namun, tahapan untuk memulainya haruslah dilaksanakan, dengan penyempurnaan konsep kegiatan, dan tindak lanjut yang memadai, barangkali melalui mentoring.

Untuk itulah, tajuk kegiatan ini mengambil cita-cita paling tinggi dalam gambaran remaja Indonesia yang ideal, yakni,

“MENJADI PEMBELAJAR SEJATI, YANG BERKARAKTER: KESHALEHAN; KEPEMIMPINAN; KEARIFAN, DAN BERJIWA WIRAUSAHA”.

Harapannya tentu, sebagai sebuah langkah awal, yang akan ditindak lanjuti dalam berbagai aktivitas para remaja tersebut selama tiga tahun bersekolah, paling tidak terbentuknya sebuah pola pikir yang tertanam di alam bawah sadar para remaja, bahwa keberlangsungan negeri dan bangsa Indonesia, ada di pundak mereka. Dan mereka harus menyadari, bahwa mereka bertanggungjawab sepenuhnya untuk itu.

2. TUJUAN

Kegiatan ini bertujuan membentuk pola pikir dan konsep diri siswa baru, yang memuat nilai-nilai pembelajar sejati, pembentukan karakter berupa: keshalehan; kepemimpinan; kearifan, dan menanamkan kemandirian melalui jiwa wirausaha.

3. TARGET JANGKA PENDEK (SATU BULAN PERTAMA)

Terbentuknya pola pikir sebagai pembelajar sejati, perlunya membentuk karakter diri yang memuat aspek keshalehan, kepemimpinan, dan kearifan, serta pentingnya kemandirian melalui jiwa wirausaha.

4. TARGET JANGKA PANJANG (SATU TAHUN PERTAMA)

Tertanamkannya konsep diri sebagai pembelajar sejati, yang berkarakter: keshalehan; kepemimpinan; dan kearifan, serta berjiwa wirausaha. Selanjutnya, peningkatan potensi diri secara maksimal, yang dilakukan secara mandiri, dan kontinyu.


5. PARAMETER JANGKA PENDEK

Terlihatnya antusiasme dan semangat siswa secara umum dalam mengikuti pembelajaran, dan keterlibatan aktif siswa secara massif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Terciptanya pergaulan yang kondusif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, serta terlihatnya semangat para siswa dalam memaksimalkan pemanfaatan perpustakaan, internet, dan masjid sebagai pusat spiritual.

6. PARAMETER JANGKA PANJANG

Prestasi akademis yang tinggi dan tersebar merata. Ikut aktifnya siswa dalam berbagai lomba-lomba dan event-event intelektual maupun budaya, tingkat lokal maupun nasional dengan capaian-capaian yang positif dan membanggakan. Kreatifitas yang tinggi dari siswa dalam beragam kegiatan ekstrakurikuler yang tidak hanya menjangkau lingkup sekolah, bahkan sampai kabupaten dan karesidenan. Terciptanya lingkungan sekolah yang beradab, pergaulan yang santun, taat beribadah, dan maraknya cita rasa intelektual, budaya, maupun spiritual.

7. METODE

Pendampingan kakak kelas yang memiliki kriteria mendekati ideal (cukup cerdas, rajin belajar, prestasi memadai, taat beribadah, dan budi pekerti yang dapat dijadikan teladan).

Secara kalkulatif, memang harus ada sebagian siswa senior (kelas XI) yang secara aktif mendampingi siswa baru, dengan resiko tidak mengikuti mata pelajaran pada minggu pertama. Hal ini harus benar-benar dimengerti oleh para guru dan walikelas, dengan memperhitungkan kapasitas yang bersangkutan apakah mampu mengejar ketertinggalan, dan juga menyediakan solusi dengan penambahan jam belajar mandiri (tugas), khusus untuk siswa-siswa yang menjadi pendamping.

Selama satu pekan MOS, semua siswa akan dibagi dalam kelompok-kelompok pendampingan, dengan rasio satu orang pendamping menangani sepuluh hingga dua belas siswa. Masing-masing pendamping akan memfasilitasi siswa dalam kelompoknya, untuk memahami materi tahap demi tahap, dan melakukan serangkaian aktifitas yang penuh nuansa keakraban, keriangan, kebebasan, saling tukar pikiran, aktif berdiskusi, dan sesekali disisipi permainan-permainan, sembari berjalan-jalan dilingkungan sekolah.

Waktu pelaksanaan perharinya bisa antara jam masuk, atau pukul 07.00 untuk pengkondisian, dan baru dimulai pukul 08.00 hingga pukul 12.00. Tidak perlu sampai sore, dan juga tidak perlu menggunakan atribut kostum yang aneh-aneh, malah justru bisa menggunakan pakaian bebas dengan pita khusus sebagai ciri khas. Hal ini penting untuk pembentukan karakter dan konsep diri. Kegiatan bisa dibagi menjadi dua sesi, sehingga ada waktu untuk istirahat. Untuk penutupan perharinya, bisa diadakan forum curhat, memberikan kesan dan pesan, atau sebuah doa yang membekas dalam hati. Pusat kegiatan ada pada kelompok-kelompok tersebut, bahkan partisipasi aktif peserta untuk mengisi dan menentukan kegiatan dalam kelompok sangat diharapkan dan didorong terus-menerus. Hal ini penting untuk membentuk rasa kebersamaan, bahwa kegiatan MOS ini adalah kegiatan mereka, oleh mereka, dan untuk mereka. Para peserta tidak merasa menjadi objek kegiatan, akan tetapi subjek kegiatan itu sendiri. Para peserta dibebaskan untuk mengisi kegiatan dengan segala potensi yang mereka miliki. Pembentukan tradisi untuk saling berbagi ilmu, pengetahuan, pengalaman, joke, saling menghibur, perlu untuk digalakkan. Diantara mereka mungkin ada yang memiliki kebolehan, nah berikan ruang untuk berbagi kebolehan, misalkan membacakan puisi, bemain gitar, melawak, dsb. Kegiatan sepenuhnya menjadi milik mereka dengan masukan-masukan materi sesuai yang diharapkan tanpa adanya paksaan dan cara-cara menggurui.

8. MATERI

- Materi “Kehidupan adalah Proses Pembejaran Tiada Henti”
- Materi “Menjadi Manusia Pembelajar”
- Materi Kepemimpinan
- Materi Keshalehan dan Spiritualitas
- Materi Kewirausahaan

Semua materi tersebut bisa dicarikan referensinya di internet, dan dikreasikan sesederhana mungkin dalam sebuah modul, atau kumpulan esai yang diberikan sebagai panduan untuk masing-masing peserta. Bisa juga meminta tulisan kepada guru-guru yang dianggap memiliki kapasitas dalam bidang-bidang tersebut. Penyampaian materi dalam bentuk Tanya jawab, dan diskusi tanpa adanya dominasi salah seorang peserta, apalagi dominasi pendamping.


9. KEBUTUHAN PELAKSANA

Pelaksana, dibagi menjadi dua job besar. Job pendampingan, dan job kepanitiaan. Job pendampingan khusus mendampingi peserta dan bertanggungjawab terhadap penyampaian materi, dan terwujudnya kegiatan kelompok yang kondusif. Job kepanitiaan mengurus segala macam perlengkapan, konsumsi (jika diperlukan), pusat informasi dan kehumasan, serta mengatur ketertiban acara dan agenda selama satu pekan. Tidak boleh ada double job, antara pendampingan dan kepanitiaan. Rincian kepanitiaan menyesuaikan kebutuhan dilapangan.

10. ASUMSI PROFIL PESERTA

Peserta adalah remaja yang baru lepas dari transisi masa kanak-kanak (remaja awal) dengan ciri khas menyukai petualangan, dan hal-hal baru yang memungkinkan mereka terkenal dan diakui ‘gaul’ oleh teman-teman sebayanya. Remaja dalam tahapan seperti ini juga rentan mengalami ‘ledakan seksual’ karena perjumpaannya dengan tahap kedewasaan (usia baligh) yang tidak dibarengi dengan kecakapan intelektual, pengetahuan seksual, atau aktifitas keagamaan yang minim. Oleh karena itu sangat perlu adanya pendampingan dari pendamping yang benar-benar memahami dan matang secara kedewasaan, intelektual, maupun spiritual. Sehingga, para remaja ini bisa mendapat penanganan yang memadai.

11. AGENDA

Selain adanya agenda dalam kelompok sebagai inti kegiatan MOS, perlu juga adanya agenda lain yang tidak kalah penting, yakni:
1. Perkenalan dengan guru-guru
2. Perkenalan dengan pengurus organisasi yang ada di sekolah
3. Informasi mengenai kegiatan ekstrakurikuler
4. Pembentukan organisasi masing-masing kelas
5. Informasi mengenai fasilitas dan sarana-sarana yang menunjang pembelajaran, seperti laboratorium, perpustakaan, masjid, UKS, WC, dsb.
6. Perlu juga dikenalkan dengan web yang dimiliki sekolah
7. Latihan membuat akun email, atau facebook, atau twitter.
8. Latihan menulis dib log, bagaimana melakukan pengunduhan materi-materi yang berkaitan dengan pembelajaran, mengkampanyekan internet sehat, dsb.
9. Pemberian artikel-artikel kesehatan, dsb.
10. Bakti Sosial jika memungkinkan.
11. Malam keakraban, dengan membuat api unggun serta diisi pentas seni, perenungan rohani, saling tukar hadiah, dsb.

Demikian konsep kegiatan MOS SISWA SMA/ MA, semoga dapat dijadikan inspirasi dan ruh dalam melaksanakannya. Konsep ini terbuka untuk semua SMA/MA diseluruh Nusantara. Silahkan untuk mengcopy dan menjadikannya sebagai panduan bagi Anda para pegiat MOS, tentu saja disesuaikan dengan kondisi yang khas pada masing-masing sekolah.

Semoga Bermanfaat! Salam untuk para aktifis OSIS se Nusantara, salam untuk aktifis ROHIS se Nusantara, salam untuk para Ketua MOS, Pelaksana MOS, dan seluruh organisatoris SMA/MA se Nusantara. Jayalah Pemuda Indonesia!

Allah memberkati kita semua.
Salam Hangat,

Muhammad Zainur Rakhman
( hammadzn.blogspot.com/
mantyasihcenter.blogspot.com/
nadhamzainiyah.blogspot.com/
kidungnagari.blogspot.com)