Sembilan Kaidah Keadaan
Bakda Mulud, 1432 H
“Yang dahulunya tiada, kemudian menjadi ada, selanjutnya tidak ada, adalah benar-benar tidak ada.”
“Yang dahulunya ada, kemudian tetap ada, dan selalu ada, adalah benar-benar ada.”
“Yang kemarin sudah pergi, yang esok masih misteri, yang benar-benar ada adalah saat ini.”
“Segala sesuatu ada saatnya, tidak ada yang harus dipercepat ataupun diperlambat.”
“Semakin diusahakan, semakin sulit dijangkau; semakin dibiarkan, semakin ia datang mendekat.”
“Tidak ada masalah; yang ada hanya keinginan kita untuk mengeluh.”
“Segala sesuatu berada dalam jangkauan tangan; akan tetapi kaki kita demikian senang bepergian.”
“Yang terpenting adalah kesadaran; bahwa kita tidak benar-benar ada; sehingga saat kita terjatuh, kita secepatnya paham, bahwa kita tidak benar-benar sakit.”
“Yang tidak ada bergantung sepenuhnya kepada yang ada; suka atau tidak suka.”
Muhammad Zainur Rakhman
Bakda Mulud, 1432 H
“Yang dahulunya tiada, kemudian menjadi ada, selanjutnya tidak ada, adalah benar-benar tidak ada.”
“Yang dahulunya ada, kemudian tetap ada, dan selalu ada, adalah benar-benar ada.”
“Yang kemarin sudah pergi, yang esok masih misteri, yang benar-benar ada adalah saat ini.”
“Segala sesuatu ada saatnya, tidak ada yang harus dipercepat ataupun diperlambat.”
“Semakin diusahakan, semakin sulit dijangkau; semakin dibiarkan, semakin ia datang mendekat.”
“Tidak ada masalah; yang ada hanya keinginan kita untuk mengeluh.”
“Segala sesuatu berada dalam jangkauan tangan; akan tetapi kaki kita demikian senang bepergian.”
“Yang terpenting adalah kesadaran; bahwa kita tidak benar-benar ada; sehingga saat kita terjatuh, kita secepatnya paham, bahwa kita tidak benar-benar sakit.”
“Yang tidak ada bergantung sepenuhnya kepada yang ada; suka atau tidak suka.”
Muhammad Zainur Rakhman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar