Senin, 27 Juni 2011
Minggu, 26 Juni 2011
KETENANGAN

KETENANGAN
Ki Ageng Mantyasih
Perahu kehidupan manusia tidaklah selalu ditemani angin yang sepoi dan ombak yang santai. Selalu saja ada badai dan ombak yang garang menerjang. Seorang teman pernah mengatakan bahwa ia sedang banyak masalah, pusing, dan ia memohon agar Allah memberikannya jalan keluar dan solusi dari masalah yang ia hadapi. Saya sarankan padanya, sebaiknya ia meminta ketenangan, karena ketenangan adalah karunia Allah yang mahal harganya. Solusi bisa jadi datang dan diberikan, namun jika ketenangan tidak dilimpahkan ke dalam jiwa, barangkali solusi dan jalan keluar tersebut tidak akan terlalu memuaskan. Karana selalu merasa ada yang tersisa. Selesainya masalah, tidak mendatangkan ketenangan, itu adalah masalah besar. Oleh karena itu, saya katakan kepadanya, jangan meminta kepada Allah untuk menyelesaikan masalahmu, tapi mintalah ketenangan, kekuatan, kesabaran, dan ampunan. Barangkali apa yang menurut perkiraan kita buruk, belum tentu buruk menurut Allah.
Sebenarnya, selama Allah tidak meninggalkan kita, tidak ada yang mesti terlalu kita khawatirkan. Apapun yang terjadi kepada kita, selama kita rela, dan bertambah mendekat kepadaNya, itu justru anugrah yang tak ternilai harganya. “Jika seorang hamba tidak bisa diingatkan dengan kenikmatan, maka Allah akan ingatkan dengan penderitaan”, begitulah kaidahnya. Barangkali ujian syukur jauh lebih berat ketimbang ujian sabar, sehingga Allah buka pintu sabar untuk kita, karena tatkala Allah buka pintu syukur untuk kita, kita hanya termangu dan tak segera memasukinya. Jadinya, karena Allah kepengin selalu dekat dengan hamba-hamba Nya (padahal kita yang sangat membutuhkannya hm..), Allah buka deh, pintu sabar. Allah kirim tuh penyakit ke tubuh kita; Allah kirim orang-orang yang berbuat zalim dan menyakiti kita; Allah kasih kita kegagalan, dsb. Semua itu semata agar kita kembali kepada Nya. Namun, seringnya kita justru berburuk sangka, dari mulai mempertanyakan, kenapa sih Allah bikin aku kayak gini, sampai mengatakan Allah nggak adil, dsb ..
Nah, agar kita senantiasa diberikan ketenangan, marilah kita dawamkan zikir, marilah kita shalawatan, marilah kita mendaras al Qur’an. Biasakan dalam sujud kita, untuk menambahkan bacaan, “ subbuhun quddusun rabbuna, wa rabbul malaaikati wa rruh”, “rabbi, inni dholamtu nafsi, faghfirlii dzanbii, fa innahu laa yaghfiru dzdzunuuba illa anta”. Mudah-mudahan kita senantiasa dilimpahkan permata mahal bernama “ketenangan”. Mudah-mudahan kita menjadi hamba—hamba kesayangan Allah. Amin.
Salam Pamuji Rahayu.
Mantyasihcenter.blogspot.com
Kartu Anggota FUKI


Setiap siswa-siswi yang mengisi formulir pendaftaran dan mengikuti kegiatan Launching Kader dan Basic Training, InsyaAllah akan mendapatkan kartu tersebut. GRATIS!
LOGO ROHIS-FUKI (Sesuai AD/ ART)

- Lima Kubah Melambangkan Lima Janji Anggota, Lima Prinsip FUKI, Lima Rukun Islam.
- Masjid Melambangkan Pusat Kegiatan.
- Nama Identitas (ROHIS-FUKI MAN PURWOKERTO 1
So Simple, and Make to Stempel !
Selasa, 21 Juni 2011
KONSEP MOS
Tajuk:
“MENJADI PEMBELAJAR SEJATI, YANG BERKARAKTER: KESHALEHAN; KEPEMIMPINAN; KEARIFAN, DAN BERJIWA WIRAUSAHA”
“MENJADI PEMBELAJAR SEJATI, YANG BERKARAKTER: KESHALEHAN; KEPEMIMPINAN; KEARIFAN, DAN BERJIWA WIRAUSAHA”
1. LATAR BELAKANG
Masa orientasi siswa merupakan titik awal pemberangkatan seseorang berproses dalam suatu lembaga pendidikan. Menjadi penting karena hal ini merupakan pondasi vital kesuksesan seorang pelajar mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Segala yang berkaitan dengan pembelajaran yang akan ditempuh oleh seorang pelajar selama tiga tahun ditentukan—paling tidak secara pola pikir—oleh keberhasilan dalam proses inisiasi yang lazim disebut Masa Orientasi Siswa.
Kebanyakan kegiatan MOS yang diadakan oleh sekolah hanya dilakukan sebagai sebuah rutinitas yang wajib ditempuh seorang pelajar, dengan sekian agenda—yang kurang lebih tidak substansial—bahkan cenderung konyol, dan tidak adanya tindak lanjut serta evaluasi yang memadai. Hal ini menjadikan MOS sebagai kegiatan yang sia-sia, bahkan sering disalahgunakan sebagai ajang senioritas para panitia. Kasus-kasus yang berulangkali terjadi di banyak sekolah, tentang siswa yang terintimidasi, kehilangan kepercayaan diri, diperlakukan tidak manusiawi, dan dipaksa untuk melakukan tindakan-tindakan bodoh dan ‘menghina’ oleh para senior merupakan bukti nyata bahwa kegiatan ini telah menyimpang, atau paling tidak, kurang memiliki efektivitas dan relevansi kaitannya dengan sebuah kegiatan pembentukan orientasi. Orientasi apa yang diharapkan dengan menyuruh siswa berbusana aneh-aneh, melakukan tindakan-tindakan bodoh khas jaman penjajahan, dan agenda-agenda yang tidak memiliki substansi, kecuali sebuah pengulangan atas perlakuan kompeni kepada para pribumi.
Kegiatan MOS seharusnya menjadi kegiatan yang penuh manfaat, penuh pananaman akhlaq dan budi pekerti, penuh informasi, memiliki cita rasa akademis dan pembentukan tradisi intelektual. Kegiatan MOS seharusnya bias diformat dengan agenda-agenda yang penuh nuansa egaliter, pendampingan “kakak-adik”, dan memberikan pemahaman serta inspirasi bagi siswa yang memasuki sebuah tahapan yang baru, dan akan melangkah menuju cita-cita mereka yang gemilang. Kegiatan ini juga selaiknya memberikan sebuah amunisi berupa kepercayaan diri, terbentuknya konsep diri, komitmen dan disiplin belajar, dan sebuah pengetahuan bagaimana menghabiskan masa muda mereka dengan cara-cara yang elegan dan produktif, bukan seperti generasi muda sekarang yang tidak memiliki idealisme, tidak berkarakter, plagiat dalam berbagai aspek, pola pikir dangkal, tidak menghargai etika, apalagi penghargaan terhadap religiositas dan spiritualitas. Remaja sekarang bahkan merupakan tipe generasi hedonis, yang memperoleh nilai dengan menyontek, dan malamnya menghabiskan waktu untuk nge-game atau dugem. Remaja masa kini bergelut erat dengan narkoba dan freesex (dititik ekstrim kiri), dan sebagian terpesona dalam jebakan aliran-aliran keagamaan yang berpikiran sempit dan cenderung anarkis (dititik ekstrim kanan). Semuanya itu sungguh mengkhawatirkan.
Inilah sungguh, kiranya tidak mudah, bahkan tidak mungkin membentuk gambaran remaja ideal, yang cerdas, berkarakter, mandiri, dan juga shaleh secara individu dan sosial, dalam waktu tiga hingga enam hari kegiatan MOS. Namun, tahapan untuk memulainya haruslah dilaksanakan, dengan penyempurnaan konsep kegiatan, dan tindak lanjut yang memadai, barangkali melalui mentoring.
Untuk itulah, tajuk kegiatan ini mengambil cita-cita paling tinggi dalam gambaran remaja Indonesia yang ideal, yakni,
“MENJADI PEMBELAJAR SEJATI, YANG BERKARAKTER: KESHALEHAN; KEPEMIMPINAN; KEARIFAN, DAN BERJIWA WIRAUSAHA”.
Harapannya tentu, sebagai sebuah langkah awal, yang akan ditindak lanjuti dalam berbagai aktivitas para remaja tersebut selama tiga tahun bersekolah, paling tidak terbentuknya sebuah pola pikir yang tertanam di alam bawah sadar para remaja, bahwa keberlangsungan negeri dan bangsa Indonesia, ada di pundak mereka. Dan mereka harus menyadari, bahwa mereka bertanggungjawab sepenuhnya untuk itu.
2. TUJUAN
Kegiatan ini bertujuan membentuk pola pikir dan konsep diri siswa baru, yang memuat nilai-nilai pembelajar sejati, pembentukan karakter berupa: keshalehan; kepemimpinan; kearifan, dan menanamkan kemandirian melalui jiwa wirausaha.
3. TARGET JANGKA PENDEK (SATU BULAN PERTAMA)
Terbentuknya pola pikir sebagai pembelajar sejati, perlunya membentuk karakter diri yang memuat aspek keshalehan, kepemimpinan, dan kearifan, serta pentingnya kemandirian melalui jiwa wirausaha.
4. TARGET JANGKA PANJANG (SATU TAHUN PERTAMA)
Tertanamkannya konsep diri sebagai pembelajar sejati, yang berkarakter: keshalehan; kepemimpinan; dan kearifan, serta berjiwa wirausaha. Selanjutnya, peningkatan potensi diri secara maksimal, yang dilakukan secara mandiri, dan kontinyu.
5. PARAMETER JANGKA PENDEK
Terlihatnya antusiasme dan semangat siswa secara umum dalam mengikuti pembelajaran, dan keterlibatan aktif siswa secara massif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Terciptanya pergaulan yang kondusif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, serta terlihatnya semangat para siswa dalam memaksimalkan pemanfaatan perpustakaan, internet, dan masjid sebagai pusat spiritual.
6. PARAMETER JANGKA PANJANG
Prestasi akademis yang tinggi dan tersebar merata. Ikut aktifnya siswa dalam berbagai lomba-lomba dan event-event intelektual maupun budaya, tingkat lokal maupun nasional dengan capaian-capaian yang positif dan membanggakan. Kreatifitas yang tinggi dari siswa dalam beragam kegiatan ekstrakurikuler yang tidak hanya menjangkau lingkup sekolah, bahkan sampai kabupaten dan karesidenan. Terciptanya lingkungan sekolah yang beradab, pergaulan yang santun, taat beribadah, dan maraknya cita rasa intelektual, budaya, maupun spiritual.
7. METODE
Pendampingan kakak kelas yang memiliki kriteria mendekati ideal (cukup cerdas, rajin belajar, prestasi memadai, taat beribadah, dan budi pekerti yang dapat dijadikan teladan).
Secara kalkulatif, memang harus ada sebagian siswa senior (kelas XI) yang secara aktif mendampingi siswa baru, dengan resiko tidak mengikuti mata pelajaran pada minggu pertama. Hal ini harus benar-benar dimengerti oleh para guru dan walikelas, dengan memperhitungkan kapasitas yang bersangkutan apakah mampu mengejar ketertinggalan, dan juga menyediakan solusi dengan penambahan jam belajar mandiri (tugas), khusus untuk siswa-siswa yang menjadi pendamping.
Selama satu pekan MOS, semua siswa akan dibagi dalam kelompok-kelompok pendampingan, dengan rasio satu orang pendamping menangani sepuluh hingga dua belas siswa. Masing-masing pendamping akan memfasilitasi siswa dalam kelompoknya, untuk memahami materi tahap demi tahap, dan melakukan serangkaian aktifitas yang penuh nuansa keakraban, keriangan, kebebasan, saling tukar pikiran, aktif berdiskusi, dan sesekali disisipi permainan-permainan, sembari berjalan-jalan dilingkungan sekolah.
Waktu pelaksanaan perharinya bisa antara jam masuk, atau pukul 07.00 untuk pengkondisian, dan baru dimulai pukul 08.00 hingga pukul 12.00. Tidak perlu sampai sore, dan juga tidak perlu menggunakan atribut kostum yang aneh-aneh, malah justru bisa menggunakan pakaian bebas dengan pita khusus sebagai ciri khas. Hal ini penting untuk pembentukan karakter dan konsep diri. Kegiatan bisa dibagi menjadi dua sesi, sehingga ada waktu untuk istirahat. Untuk penutupan perharinya, bisa diadakan forum curhat, memberikan kesan dan pesan, atau sebuah doa yang membekas dalam hati. Pusat kegiatan ada pada kelompok-kelompok tersebut, bahkan partisipasi aktif peserta untuk mengisi dan menentukan kegiatan dalam kelompok sangat diharapkan dan didorong terus-menerus. Hal ini penting untuk membentuk rasa kebersamaan, bahwa kegiatan MOS ini adalah kegiatan mereka, oleh mereka, dan untuk mereka. Para peserta tidak merasa menjadi objek kegiatan, akan tetapi subjek kegiatan itu sendiri. Para peserta dibebaskan untuk mengisi kegiatan dengan segala potensi yang mereka miliki. Pembentukan tradisi untuk saling berbagi ilmu, pengetahuan, pengalaman, joke, saling menghibur, perlu untuk digalakkan. Diantara mereka mungkin ada yang memiliki kebolehan, nah berikan ruang untuk berbagi kebolehan, misalkan membacakan puisi, bemain gitar, melawak, dsb. Kegiatan sepenuhnya menjadi milik mereka dengan masukan-masukan materi sesuai yang diharapkan tanpa adanya paksaan dan cara-cara menggurui.
8. MATERI
- Materi “Kehidupan adalah Proses Pembejaran Tiada Henti”
- Materi “Menjadi Manusia Pembelajar”
- Materi Kepemimpinan
- Materi Keshalehan dan Spiritualitas
- Materi Kewirausahaan
Semua materi tersebut bisa dicarikan referensinya di internet, dan dikreasikan sesederhana mungkin dalam sebuah modul, atau kumpulan esai yang diberikan sebagai panduan untuk masing-masing peserta. Bisa juga meminta tulisan kepada guru-guru yang dianggap memiliki kapasitas dalam bidang-bidang tersebut. Penyampaian materi dalam bentuk Tanya jawab, dan diskusi tanpa adanya dominasi salah seorang peserta, apalagi dominasi pendamping.
9. KEBUTUHAN PELAKSANA
Pelaksana, dibagi menjadi dua job besar. Job pendampingan, dan job kepanitiaan. Job pendampingan khusus mendampingi peserta dan bertanggungjawab terhadap penyampaian materi, dan terwujudnya kegiatan kelompok yang kondusif. Job kepanitiaan mengurus segala macam perlengkapan, konsumsi (jika diperlukan), pusat informasi dan kehumasan, serta mengatur ketertiban acara dan agenda selama satu pekan. Tidak boleh ada double job, antara pendampingan dan kepanitiaan. Rincian kepanitiaan menyesuaikan kebutuhan dilapangan.
10. ASUMSI PROFIL PESERTA
Peserta adalah remaja yang baru lepas dari transisi masa kanak-kanak (remaja awal) dengan ciri khas menyukai petualangan, dan hal-hal baru yang memungkinkan mereka terkenal dan diakui ‘gaul’ oleh teman-teman sebayanya. Remaja dalam tahapan seperti ini juga rentan mengalami ‘ledakan seksual’ karena perjumpaannya dengan tahap kedewasaan (usia baligh) yang tidak dibarengi dengan kecakapan intelektual, pengetahuan seksual, atau aktifitas keagamaan yang minim. Oleh karena itu sangat perlu adanya pendampingan dari pendamping yang benar-benar memahami dan matang secara kedewasaan, intelektual, maupun spiritual. Sehingga, para remaja ini bisa mendapat penanganan yang memadai.
11. AGENDA
Selain adanya agenda dalam kelompok sebagai inti kegiatan MOS, perlu juga adanya agenda lain yang tidak kalah penting, yakni:
1. Perkenalan dengan guru-guru
2. Perkenalan dengan pengurus organisasi yang ada di sekolah
3. Informasi mengenai kegiatan ekstrakurikuler
4. Pembentukan organisasi masing-masing kelas
5. Informasi mengenai fasilitas dan sarana-sarana yang menunjang pembelajaran, seperti laboratorium, perpustakaan, masjid, UKS, WC, dsb.
6. Perlu juga dikenalkan dengan web yang dimiliki sekolah
7. Latihan membuat akun email, atau facebook, atau twitter.
8. Latihan menulis dib log, bagaimana melakukan pengunduhan materi-materi yang berkaitan dengan pembelajaran, mengkampanyekan internet sehat, dsb.
9. Pemberian artikel-artikel kesehatan, dsb.
10. Bakti Sosial jika memungkinkan.
11. Malam keakraban, dengan membuat api unggun serta diisi pentas seni, perenungan rohani, saling tukar hadiah, dsb.
Demikian konsep kegiatan MOS SISWA SMA/ MA, semoga dapat dijadikan inspirasi dan ruh dalam melaksanakannya. Konsep ini terbuka untuk semua SMA/MA diseluruh Nusantara. Silahkan untuk mengcopy dan menjadikannya sebagai panduan bagi Anda para pegiat MOS, tentu saja disesuaikan dengan kondisi yang khas pada masing-masing sekolah.2. Perkenalan dengan pengurus organisasi yang ada di sekolah
3. Informasi mengenai kegiatan ekstrakurikuler
4. Pembentukan organisasi masing-masing kelas
5. Informasi mengenai fasilitas dan sarana-sarana yang menunjang pembelajaran, seperti laboratorium, perpustakaan, masjid, UKS, WC, dsb.
6. Perlu juga dikenalkan dengan web yang dimiliki sekolah
7. Latihan membuat akun email, atau facebook, atau twitter.
8. Latihan menulis dib log, bagaimana melakukan pengunduhan materi-materi yang berkaitan dengan pembelajaran, mengkampanyekan internet sehat, dsb.
9. Pemberian artikel-artikel kesehatan, dsb.
10. Bakti Sosial jika memungkinkan.
11. Malam keakraban, dengan membuat api unggun serta diisi pentas seni, perenungan rohani, saling tukar hadiah, dsb.
Semoga Bermanfaat! Salam untuk para aktifis OSIS se Nusantara, salam untuk aktifis ROHIS se Nusantara, salam untuk para Ketua MOS, Pelaksana MOS, dan seluruh organisatoris SMA/MA se Nusantara. Jayalah Pemuda Indonesia!
Allah memberkati kita semua.
Salam Hangat,
Muhammad Zainur Rakhman
Salam Hangat,
Muhammad Zainur Rakhman
( hammadzn.blogspot.com/
mantyasihcenter.blogspot.com/
nadhamzainiyah.blogspot.com/
kidungnagari.blogspot.com)
mantyasihcenter.blogspot.com/
nadhamzainiyah.blogspot.com/
kidungnagari.blogspot.com)
Rabu, 15 Juni 2011
Generasi FUKI Shalahuddin

Shalahuddin Al Ayyubi
Pahlawan Islam dari Seratus Medan Pertempuran
(1137 - 1193 M)
Pahlawan Islam dari Seratus Medan Pertempuran
(1137 - 1193 M)
SULTAN SALAHUDDIN AL-AYYUBI, namanya telah terpateri di hati sanubari pejuang Muslim yang memiliki jiwa patriotik dan heroik, telah terlanjur terpahat dalam sejarah perjuangan umat Islam karena telah mampu menyapu bersih, menghancurleburkan tentara salib yang merupakan gabungan pilihan dari seluruh benua Eropa. Konon guna membangkitkan kembali ruh jihad atau semangat di kalangan Islam yang saat itu telah tidur nyenyak dan telah lupa akan tongkat estafet yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad saw., maka Salahuddinlah yang mencetuskan ide dirayakannya kelahiran Nabi Muhammad saw. Melalui media peringatan itu dibeberkanlah sikap ksatria dan kepahlawanan pantang menyerah yang ditunjukkan melalui "Siratun Nabawiyah". Hingga kini peringatan itu menjadi tradisi dan membudaya di kalangan umat Islam. Jarang sekali dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung menyatu dengan sifat perikemanusian seperti yang terdapat dalam diri pejuang besar itu. Rasa tanggung jawab terhadap agama (Islam) telah ia baktikan dan buktikan dalam menghadapi serbuan tentara ke tanah suci Palestina selama dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan, keampuhan dan kemampuannya dapat memukul mundur tentara Eropa di bawah pimpinan Richard Lionheart dari Inggris. Hendaklah diingat, bahwa Perang Salib adalah peperangan yang paling panjang dan dahsyat penuh kekejaman dan kebuasan dalam sejarah umat manusia, memakan korban ratusan ribu jiwa, di mana topan kefanatikan membabi buta dari Kristen Eropa menyerbu secara menggebu-gebu ke daerah Asia Barat yang Islam.
Seorang penulis Barat berkata, "Perang Salib merupakan salah satu bagian sejarah yang paling gila dalam riwayat kemanusiaan. Umat Nasrani menyerbu kaum Muslimin dalam ekspedisi bergelombang selama hampir tiga ratus tahun sehingga akhirnya berkat kegigihan umat Islam mereka mengalami kegagalan, berakibat kelelahan dan keputusasaan. Seluruh Eropa sering kehabisan manusia, daya dan dana serta mengalami kebangkrutan sosial, bila bukan kehancuran total. Berjuta-juta manusia yang tewas dalam medan perang, sedangkan bahaya kelaparan, penyakit dan segala bentuk malapetaka yang dapat dibayangkan berkecamuk sebagai noda yang melekat pada muka tentara Salib. Dunia Nasrani Barat saat itu memang dirangsang ke arah rasa fanatik agama yang membabi buta oleh Peter The Hermit dan para pengikutnya guna membebaskan tanah suci Palestina dari tangan kaum Muslimin". "Setiap cara dan jalan ditempuh", kata Hallam guna membangkitkan kefanatikan itu. Selagi seorang tentara Salib masih menyandang lambang Salib, mereka berada di bawah lindungan gereja serta dibebaskan dari segala macam pajak dan juga untuk berbuat dosa.
Peter The Hermit sendiri memimpin gelombang serbuan yang kedua terdiri dari empat puluh ribu orang. Setelah mereka sampai ke kota Malleville mereka menebus kekalahan gelombang serbuan pertama dengan menghancurkan kota itu, membunuh tujuh ribu orang penduduknya yang tak bersalah, dan melampiaskan nafsu angkaranya dengan segala macam kekejaman yang tak terkendali. Gerombolan manusia fanatik yang menamakan dirinya tentara Salib itu mengubah tanah Hongaria dan Bulgaria menjadi daerah-daerah yang tandus. "Bilamana mereka telah sampai ke Asia Kecil, mereka melakukan kejahatan-kejahatan dan kebuasan-kebuasan yang membuat alam semesta menggeletar" demikian tulis pengarang Perancis Michaud. Gelombang serbuan tentara Salib ketiga yang dipimpin oeh seorang Rahib Jerman, menurut pengarang Gibbon terdiri dari sampah masyarakat Eropa yang paling rendah dan paling dungu. Bercampur dengan kefanatikan dan kedunguan mereka itu izin diberikan guna melakukan perampokan, perzinaan dan bermabuk-mabukan. Mereka melupakan Konstantin dan Darussalam dalam kemeriahan pesta cara gila-gilaan dan perampokan, pengrusakan dan pembunuhan yang merupakan peninggalan jelek dari mereka atas setiap daerah yang mereka lalui" kata Marbaid. Gelombang serbuan tentara Salib keempat yang diambil dari Eropa Barat, menurut keterangan penulis Mill "terdiri dari gerombolan yang nekat dan ganas. Massa yang membabi buta itu menyerbu dengan segala keganasannya menjalankan pekerjaan rutinnya merampok dan membunuh. Tetapi akhirnya mereka dapat dihancurkan oleh tentara Hongaria yang naik pitam dan telah mengenal kegila-gilaan tentara Salib sebelumnya.
Tentara Salib telah mendapat sukses sementara dengan menguasai sebagian besar daerah Syria dan Palestina termasuk kota suci Yerusalem. Tetapi Kemenangan-kemenangan mereka ini telah disusul dengan keganasan dan pembunuhan terhadap kaum Muslimin yang tak bersalah yang melebihi kekejaman Jengis Khan dan Hulagu Khan. John Stuart Mill ahli sejarah Inggris kenamaan, mengakui pembunuhan-pembunuhan massal penduduk Muslim ini pada waktu jatuhnya kota Antioch. Mill menulis: "Keluruhan usia lanjut, ketidakberdayaan anak-anak dan kelemahan kaum wanita tidak dihiraukan sama sekali oleh tentara Latin yang fanatik itu. Rumah kediaman tidak diakui sebagai tempat berlindung dan pandangan sebuah masjid merupakan pembangkit nafsu angkara untuk melakukan kekejaman. Tentara Salib menghancurleburkan kota-kota Syria, membunuh penduduknya dengan tangan dingin, dan membakar habis perbendaharaan kesenian dan ilmu pengetahuan yang sangat berharga, termasuk "Kutub Khanah" (Perpustakaan) Tripolis yang termasyhur itu. "Jalan raya penuh aliran darah, sehingga keganasan itu kehabisan tenaga," kata Stuart Mill. Mereka yang cantik rupawan disisihkan untuk pasaran budak belian di Antioch. Tetapi yang tua dan yang lemah dikorbankan di atas panggung pembunuhan. Lewat pertengahan abad ke-12 Masehi ketika tentara Salib mencapai puncak kemenangannya dan Kaisar Jerman, Perancis serta Richard Lionheart Raja Inggris telah turun ke medan pertempuran untuk turut merebut tanah suci Baitul Maqdis, gabungan tentara Salib ini disambut oleh Sultan Shalahuddin al Ayyubi (biasa disebut Saladin), seorang Panglima Besar Muslim yang menghalau kembali gelombang serbuan umat Nasrani yang datang untuk maksud menguasai tanah suci. Dia tidak saja sanggup untuk menghalau serbuan tentara Salib itu, akan tetapi yang dihadapi mereka sekarang ialah seorang yang berkemauan baja serta keberanian yang luar biasa yang sanggup menerima tantangan dari Nasrani Eropa. Siapakah Shalahuddin? Bagaimana latar belakang kehidupannya? Shalahuddin dilahirkan pada tahun 1137 Masehi. Pendidikan pertama diterimanya dari ayahnya sendiri yang namanya cukup tersohor, yakni Najamuddin al-Ayyubi. Di samping itu pamannya yang terkenal gagah berani juga memberi andil yang tidak kecil dalam membentuk kepribadian Shalahuddin, yakni Asaduddin Sherkoh. Kedua-duanya adalah pembantu dekat Raja Syria Nuruddin Mahmud. Asaduddin Sherkoh, seorang jenderal yang gagah berani, adalah komandan Angkatan Perang Syria yang telah memukul mundur tentara Salib baik di Syria maupun di Mesir. Sherkoh memasuki Mesir dalam bulan Februari 1167 Masehi untuk menghadapi perlawanan Shawer seorang menteri khalifah Fathimiyah yang menggabungkan diri dengan tentara Perancis. Serbuan Sherkoh yang gagah berani itu serta kemenangan akhir yang direbutnya dari Babain atas gabungan tentara Perancis dan Mesir itu menurut Michaud ?memperlihatkan kehebatan strategi tentara yang bernilai ringgi.? Ibnu Aziz AI Athir menulis tentang serbuan panglima Sherkoh ini sebagai berikut: "Belum pernah sejarah mencatat suatu peristiwa yang lebih dahsyat dari penghancuran tentara gabungan Mesir dan Perancis dari pantai Mesir, oleh hanya seribu pasukan berkuda". Pada tanggal 8 Januari 1169 M Sherkoh sampai di Kairo dan diangkat oleh Khalifah Fathimiyah sebagai Menteri dan Panglima Angkatan Perang Mesir. Tetapi sayang, Sherkoh tidak ditakdirkan untuk lama menikmati hasil perjuangannya. Dua bulan setelah pengangkatannya itu, dia berpulang ke rahmatullah. Sepeninggal Sherkoh, keponakannya Shalahuddin al-Ayyubi diangkat jadi Perdana Menteri Mesir. Tak seberapa lama ia telah disenangi oleh rakyat Mesir karena sifat-sifatnya yang pemurah dan adil bijaksana itu. Pada saat khalifah berpulang ke rahmatullah, Shalahuddin telah menjadi penguasa yang sesungguhnya di Mesir.
Di Syria, Nuruddin Mahmud yang termasyhur itu meninggal dunia pada tahun 1174 Masehi dan digantikan oleh putranya yang berumur 11 tahun bernama Malikus Saleh. Sultan muda ini diperalat oleh pejabat tinggi yang mengelilinginya terutama (khususnya) Gumushtagin. Shalahuddin mengirimkan utusan kepada Malikus Saleh dengan menawarkan jasa baktinya dan ketaatannya. Shalahuddin bahkan melanjutkan untuk menyebutkan nama raja itu dalam khotbah-khotbah Jumatnya dan mata uangnya. Tetapi segala macam bentuk perhatian ini tidak mendapat tanggapan dari raja muda itu berserta segenap pejabat di sekelilingnya yang penuh ambisi itu. Suasana yang meliputi kerajaan ini sekali lagi memberi angin kepada tentara Salib, yang selama ini dapat ditahan oleh Nuruddin Mahmud dan panglimanya yang gagah berani, Jenderal Sherkoh.
Atas nasihat Gumushtagin, Malikus Saleh mengundurkan diri ke kota Aleppo, dengan meninggalkan Damaskus diserbu oleh tentara Perancis. Tentara Salib dengan segera menduduki ibukota kerajaan itu, dan hanya bersedia untuk menghancurkan kota itu setelah menerima uang tebusan yang sangat besar. Peristiwa itu menimbulkan amarah Shalahuddin al-Ayyubi yang segera ke Damaskus dengan suatu pasukan yang kecil dan merebut kembali kota itu. Setelah ia berhasil menduduki Damaskus dia tidak terus memasuki istana rajanya Nuruddin Mahmud, melainkan bertempat di rumah orang tuanya. Umat Islam sebaliknya sangat kecewa akan tingkah laku Malikus Saleh. dan mengajukan tuntutan kepada Shalahuddin untuk memerintah daerah mereka. Tetapi Shalahuddin hanya mau memerintah atas nama raja muda Malikus Saleh. Ketika Malikus Saleh meninggal dunia pada tahun 1182 Masehi, kekuasaan Shalahuddin telah diakui oleh semua raja-raja di Asia Barat. Diadakanlah gencatan senjata antara Sultan Shalahuddin dan tentara Perancis di Palestina,tetapi menurut ahli sejarah Perancis Michaud: "Kaum Muslimin memegang teguh perjanjiannya, sedangkan golongan Nasrani memberi isyarat untuk memulai lagi peperangan." Berlawanan dengan syarat-syarat gencatan senjata, penguasa Nasrani Renanud atau Reginald dari Castillon menyerang suatu kafilah Muslim yang lewat di dekat istananya, membunuh sejumlah anggotanya dan merampas harta bendanya. Lantaran peristiwa itu Sultan sekarang bebas untuk bertindak. Dengan siasat perang yang tangkas Sultan Shalahuddin mengurung pasukan musuh yang kuat itu di dekat bukit Hittin pada tahun 1187 M serta menghancurkannya dengan kerugian yang amat besar. Sultan tidak memberikan kesempatan lagi kepada tentara Nasrani untuk menyusun kekuatan kembali dan melanjutkan serangannya setelah kemenangan di bukit Hittin. Dalam waktu yang sangat singkat dia telah dapat merebut kembali sejumlah kota yang diduduki kaum Nasrani, termasuk kota-kota Naplus, Jericho, Ramlah, Caosorea, Arsuf, Jaffa dan Beirut. Demikian juga Ascalon telah dapat diduduki Shalahuddin sehabis pertempuran yang singkat yang diselesaikan dengan syarat-syarat yang sangat ringan oleh Sultan yang berhati mulia itu. Sekarang Shalahuddin menghadapkan perhatian sepenuhnya terhadap kota Jerusalem yang diduduki tentara Salib dengan kekuatan melebihi enam puluh ribu prajurit. Ternyata tentara salib ini tidak sanggup menahan serbuan pasukan Sultan dan menyerah pada tahun 1193. Sikap penuh perikemanusiaan Sultan Shalahuddin dalam memperlakukan tentara Nasrani itu merupakan suatu gambaran yang berbeda seperti langit dan bumi, dengan perlakuan dan pembunuhan secara besar-besaran yang dialami kaum Muslimin ketika dikalahkan oleh tentara Salib sekitar satu abad sebelumnya. Menurut penuturan ahli sejarah Michaud, pada waktu Jerusalem direbut oleh tentara Salib pada tahun 1099 Masehi, kaum Muslimin dibunuh secara besar-besaran di jalan-jalan raya dan di rumah-rumah kediaman. Jerusalem tidak memiliki tempat berlindung bagi umat Islam yang menderita kekalahan itu. Ada yang melarikan diri dari cengkeraman musuh dengan menjatuhkan diri dari tembok-tembok yang tinggi, ada yang lari masuk istana, menaramenara, dan tak kurang pula yang masuk masjid. Tetapi mereka tidak terlepas dari kejaran tentara Salib. Tentara Salib yang menduduki masjid Umar di mana kaum Muslimin dapat bertahan untuk waktu yang singkat. mengulangl lagi tindakan-tindakan yang penuh kekejaman. Pasukan infanteri dan kavaleri menyerbu kaum pengungsi yang lari tunggang langgang. Di tengah-tengah kekacaubalauan kaum penyerbu itu yang terdengar hanyalah erangan dan teriakan maut. Pahlawan Salib yang berjasa itu berjalan menginjak-injak tumpukan mayat Muslimin, mengejar mereka yang masih berusaha dengan sia-sia melarikan diri. Raymond d' Angiles yang menyaksikan peristiwa itu mengatakan bahwa di serambi masjid mengalir darah sampai setinggi lutut, dan sampai ke tali tukang kuda prajurit. Penyembelihan manusia biadab ini berhenti sejenak, ketika tentara Salib berkumpul untuk melakukan misa syukur atas kemenangan yang telah mereka peroleh. Tetapi setelah beribadah itu, mereka melanjutkan kebiadaban dengan keganasan. Semua tawanan kata Michaud, yang tertolong nasibnya karena kelelahan tentara Salib yang semula tertolong karena mengharapkan diganti dengan uang tebusan yang besar, semua dibunuh dengan tanpa ampun. Kaum Muslimin terpaksa menjatuhkan diri mereka dari menara dan rumah kediaman; mereka dibakar hidup-hidup, mereka diseret dari tempat persembunyiannya di bawah tanah; mereka dipancing dari tempat perlindungannya agar keluar untuk dibunuh di atas timbunan mayat. Cucuran air mata kaum wanita, pekikan anak-anak yang tak bersalah, bahkan juga kenangan dari tempat di mana Nabi lsa memaafkan algojo-algojonya, tidak dapat meredakan nafsu angkara tentara yang menang itu. Penyembelihan kejam itu berlangsung selama seminggu. Dan sejumlah kecil yang dapat melarikan diri dari pembunuhan jatuh menjadi budak yang hina dina.
Seorang ahli sejarah Barat, Mill menambahkan pula : Telah diputuskan, bahwa kaum Muslimin tidak boleh diberi ampun. Rakyat yang ditaklukkan oleh karena itu harus diseret ke tempat-tempat umum untuk dibunuh hidup-hidup. Ibu-ibu dengan anak yang melengket pada buah dadanya, anak-anak laki-laki dan perempuan, seluruhnya disembelih. Lapangan-Iapangan kota, jalan-jalan raya, bahkan pelosok-pelosok Jerusalem yang sepi telah dipenuhi oleh bangkai-bangkai mayat laki-laki dan perempuan, dan anggota tubuh anak-anak. Tiada hati yang menaruh belas kasih atau teringat untuk berbuat kebajikan. Demikianlah rangkaian riwayat pembantaian secara masal kaum Muslimin di Jerusalem sekira satu abad sebelum Sultan Shalahuddin merebut kembali kota suci, di mana lebih dari tujuh puluh ribu umat Islam yang tewas.
Sebaliknya, ketika Sultan Shalahuddin merebut kembali kota Jerusalem pada tahun 1193 M, dia memberi pengampunan umum kepada penduduk Nasrani untuk tinggal di kota itu. Hanya para prajurit Salib yang diharuskan meninggalkan kota dengan pembayaran uang tebusan yang ringan. Bahkan sering terjadi bahwa Sultan Shalahuddin yang mengeluarkan uang tebusan itu dari kantongnya sendiri dan diberikannya pula kemudian alat pengangkutan.
Sejumlah kaum wanita Nasrani dengan mendukung anak-anak mereka datang menjumpai Sultan dengan penuh tangis seraya berkata: Tuan saksikan kami berjalan kaki, para istri serta anak-anak perempuan para prajurit yang telah menjadi tawanan Tuan, kami ingin meninggalkan negeri ini untuk selama-lamanya. Para prajurit itu adalah tumpuan hidup kami. Bila kami kehilangan mereka akan hilang pulalah harapan kami. Bilamana Tuan serahkan mereka kepada kami mereka akan dapat meringankan penderitaan kami dan kami akan mempunyai sandaran hidup.?
Sultan Shalahuddin sangat tergerak hatinya dengan permohonan mereka itu dan dibebaskannya para suami kaum wanita Nasrani itu. Mereka yang berangkat meninggalkan kota, diperkenankan membawa seluruh harta bendanya. Sikap dan tindakan Sultan Shalahuddin yang penuh kemanusiaan serta dari jiwa yang mulia ini memperlihatkan suasana kontras yang sangat mencolok dengan penyembelihan kaum Muslimin di kota Jerusalem dalam tangan tentara Salib satu abad sebe1umnya. Para komandan pasukan tentara Shalahuddin saling berlomba dalam memberikan pertolongan kepada tentara Salib yang telah dikalahkan itu.
Para pelarian Nasrani dari kota Jerusalem itu tidaklah mendapat perlindungan oleh kota-kota yang dikuasai kaum Nasrani. Banyak kaum Nasrani yang meninggalkan Jerusalem, kata Mill, pergi menuju Antioch, tetapi panglima Nasrani Bohcmond tidak saja menolak memberikan perlindungan kepada mereka, bahkan merampasi harta benda mereka. Maka pergilah mereka menuju ke tanah kaum Muslimin dan diterima di sana dengan baik. Michaud memberikan keterangan yang panjang lebar tentang sikap kaum Nasrani yang tak berperikemanusiaan ini terhadap para pelarian Nasrani dari Jerusalem. Tripoli menutup pintu kotanya dari pengungsi ini, kata Michaud. ? Seorang wanita karena putus asa melemparkan anak bayinya ke dalam laut sambil menyumpahi kaum Nasrani yang menolak untuk memberikan pertolongan kepadanya,? kata Michaud. Sebaliknya Sultan Shalahuddin bersikap penuh timbang rasa terhadap kaum Nasrani yang ditaklukkan itu. Sebagai pertimbangan terhadap perasaan mereka, dia tidak memasuki Jerusalem sebelum mereka meninggalkannya.
Dari Jerusalem Sultan Shalahuddin mengarahkan pasukannya ke kota Tyre, di mana tentara Salib yang tidak tahu berterima kasih terhadap Sultan Shalahuddin yang telah mengampuninya di Jerusalem, menyusun kekuatan kembali untuk melawan Sultan. Sultan Shalahuddin menaklukkan sejumlah kota yang diduduki oleh tentara Salib di pinggir pantai, termasuk kota Laodicea, Jabala, Saihun, Becas, dan Debersak. Sultan telah melepas hulu balang Perancis bernama Guy de Lusignan dengan perjanjian, bahwa dia harus segera pulang ke Eropa. Tetapi tidak lama setelah pangeran Nasrani yang tak tahu berterima kasih ini mendapatkan kebebasannya, dia mengingkari janjinya dan mengumpulkan suatu pasukan yang cukup besar dan mengepung kota Ptolemais. Jatuhnya Jerusalem ke tangan kaum Muslimin menimbulkan kegusaran besar di kalangan dunia Nasrani. Sehingga mereka segera mengirimkan bala bantuan dari seluruh pelosok Eropa. Kaisar Jerman dan Perancis serta raja Inggris Richard Lion Heart segera berangkat dengan pasukan yang besar untuk merebut tanah suci dari tangan kaum Muslimin. Mereka mengepung kota Akkra yang tidak dapat direbut selama berapa bulan. Dalam sejumlah pertempuran terbuka, tentara Salib mengalami kekalahan dengan meninggalkan korban yang cukup besar. Sekarang yang harus dihadapi Sultan Shalahuddin ialah berupa pasukan gabungan dari Eropa. Bala bantuan tentara Salib mengalir ke arah kota suci tanpa putus-putusnya, dan sungguh pun kekalahan dialami mereka secara bertubi-tubi, namun demikian tentara Salib ini jumlah semakin besar juga. Kota Akkra yang dibela tentara Islam berbulan-bulan lamanya menghadapi tentara pilihan dari Eropa, akhirnya karena kehabisan bahan makanan terpaksa menyerah kepada musuh dengan syarat yang disetujui bersama secara khidmat, bahwa tidak akan dilakukan pembunuhan-pembunuhan dan bahwa mereka diharuskan membayar uang tebusan sejumlah 200.000 emas kepada pimpinan pasukan Salib. Karena kelambatan dalam suatu penyelesaian uang tebusan ini, Raja Richard Lionheart menyuruh membunuh kaum Muslimin yang tak berdaya itu dengan dan hati yang dingin di hadapan pandangan mata saudara sesama kaum Muslimin. Perilaku Raja Inggris ini tentu saja sangat menusuk perasaan hati Sultan Shalahuddin. Dia bernadzar untuk menuntut bela atas darah kaum Muslimin yang tak bersalah itu. Dalam pertempuran yang berkecamuk sepanjang 150 mil garis pantai, Sultan Shalahuddin memberikan pukulan-pukulan yang berat terhadap tentara Salib.
Akhirnya Raja Inggris yang berhati singa itu mengajukan permintaan damai yang diterima oleh Sultan. Raja itu merasakan bahwa yang dihadapinya adalah seorang yang berkemauan baja dan tenaga yang tak terbatas serta menyadari betapa sia-sianya melanjutkan perjuangan terhadap orang yang demikian itu. Dalam bulan September 1192 Masehi dibuatlah perjanjian perdamaian. Tentara Salib itu meninggalkan tanah suci dengan ransel dengan barang-barangnya kembali menuju Eropa.
"Berakhirlah dengan demikian serbuan tentara Salib itu" tulis Michaud "di mana gabungan pasukan pilihan dari Barat merebut kemenangan tidak lebih daripada kejatuhan kota Akkra dan kehancuran kota Askalon. Dalam pertempuran itu Jerman kehilangan seorang kaisarnya yang besar beserta kehancuran tentara pilihannya. Lebih dari enam ratus ribu orang pasukan Salib mendarat di depan kota Akkra dan yang kembali pulang ke negerinya tidak lebih dari seratus ribu orang. Dapatlah dipahami mengapa Eropa dengan penuh kesedihan menerima hasil perjuangan tentara Salib itu, oleh karena yang turut dalam pertempuran terakhir adalah tentara pilihan. Bunga kesatria Barat yang menjadi kebanggaan Eropa telah turut dalam pertempuran ini.
Sultan Shalahuddin mengakhiri sisa-sisa hidupnya dengan kegiatan-kegiatan bagi kesejahteraan masyarakat dengan membangun rumah sakit, sekolah-sekolah, perguruanperguruan tinggi serta masjid-masjid di seluruh daerah yang diperintahnya. Tetapi sayang, dia tidaklah ditakdirkan untuk lama merasakan nikmat perdamaian. Beberapa bulan kemudian dia pulang ke rahmatullah pada tanggal 4 Maret tahun 1193. "Hari itu merupakan hari musibah besar, yang belum pernah dirasakan oleh dunia Islam dan kaum Muslimin, semenjak mereka kehilangan Khulafa Ar-Rasyidin" demikian tulis seorang penulis Islam. Kalangan Istana seluruh daerah kerajaan berikut seluruh umat Islam tenggelam dalam lautan duka nestapa. Seluruh isi kota mengikuti usungan jenazahnya ke kuburan dengan penuh kesedihan dan tangisan. Demikianlah berakhirnya kehidupan Sultan Shalahuddin, seorang raja yang sangat dalam perikemanusiaannya dan tak ada tolok bandingannya, jiwa kepahlawanan yang dimilikinya dalam sejarah kemanusiaan. Dalam pribadinya, Allah telah melimpahkan hati seorang Muslim yang penuh kasih sayang terhadap kemanusiaan dicampur dengan sangat harmonis dengan keperkasaan seorang genius dalam medan pertempuran. Utusan yang menyampaikan berita kematiannnya itu ke Baghdad membawa serta baju perangnya, kudanya, uang sebanyak satu dinar dan 36 dirham sebagai milik pribadinya yang masih ketinggalan. Orang yang hidup satu zaman dengannya, serta segenap ahli sejarah sama sependapat bahwa Sultan Shalahuddin adalah seorang yang sangat lemah lembut hatinya, ramah tamah, sabar, seorang sahabat yang baik dari kaum cendekiawan dan golongan ulama yang diperlakukannya dengan rasa hormat yang mendalam serta dengan penuh kebajikan. "Di Eropa" tulis Philip K Hitti, dia telah menyentuh alam khayalan para penyanyi maupun para penulis novel zaman sekarang, dan masih tetap dinilai sebagai suri teladan kaum kesatria.
Langganan:
Postingan (Atom)